loading…
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica, baru-baru ini menyampaikan pesan penting di hadapan para mahasiswa. Dalam acara Tanoto Scholars Gathering (TSG) 2025, ia menyoroti pentingnya keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan akal budi pada generasi muda.
Pernyataan Veronica ini disampaikan saat acara yang diadakan di Pangkalan Kerinci, Riau, yang dihadiri oleh hampir 300 penerima beasiswa Tanoto Scholars dari seluruh Indonesia. Ia mencatat bahwa generasi muda saat ini sering kali dicap sebagai generasi strawberry, yang terlihat kuat di luar tetapi rapuh dalam menghadapi tantangan hidup.
Dalam pandangannya, kecerdasan intelektual tidak cukup untuk membentuk karakter yang utuh, terutama di era digital yang penuh dengan distraksi. Ini adalah tantangan serius yang dihadapi oleh kaum muda saat ini.
Baca juga: Apa Itu Ma’had Aly dan Bedanya dengan Perguruan Tinggi Islam Lainnya?
Veronica menekankan bahwa akal budi dan hati nurani harus sejalan. Ia menegaskan, “Akal itu intellect, kemampuan. Kita bisa punya IQ tinggi, tapi itu harus ditempelin dengan budi.” Pesan ini mengharapkan agar para mahasiswa mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan kepribadian yang kuat.
Tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam perkembangan teknologi dan media sosial memunculkan fenomena yang cukup mengkhawatirkan. Julukan generasi strawberry, yang awalnya muncul di Taiwan, menggambarkan anak muda yang gagah di luar tetapi cepat terguncang ketika dihadapkan pada kesulitan.
Masalah kesehatan mental di kalangan remaja kian meningkat. Survei Nasional Kesehatan Mental Remaja Indonesia tahun 2024 menunjukkan bahwa sekitar 15,5 juta remaja mengalami gangguan mental, mencakup 34,9% dari total remaja di tanah air. Ini menunjukkan bahwa lingkungan yang penuh tekanan dapat memengaruhi kesehatan mental generasi muda.
Mengapa Keseimbangan Penting bagi Generasi Muda?
Pentingnya keseimbangan antara kecerdasan akademik dan pengembangan karakter menjadi semakin relevan. Dalam masyarakat yang serba cepat ini, tantangan yang dihadapi individu dapat berpengaruh besar pada kesehatan mental dan emosional mereka. Oleh karena itu, pendidikan yang holistik menjadi sangat krusial.
Veronica berpendapat bahwa pendidikan tidak hanya sekadar transfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian. Para mahasiswa harus dilatih untuk tidak hanya pandai dalam keterampilan akademik, tetapi juga bijak dalam mengambil keputusan. Ini adalah bekal yang sangat dibutuhkan di masa depan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana generasi muda berinteraksi dengan teknologi. Di era digital ini, dampak media sosial sering kali menyertai aspek positif maupun negatif. Penerimaan atas diri sendiri serta kemampuan untuk menghadapi kritik atau tekanan sosial sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan mental yang baik.
Dampak Teknologi terhadap Kesehatan Mental Remaja
Teknologi, meskipun memberikan berbagai kemudahan, juga dapat menimbulkan masalah baru bagi kesehatan mental remaja. Kecanduan gadget dan media sosial menjadi salah satu dari banyak tantangan yang harus dihadapi di era modern ini. Ketergantungan pada teknologi dapat menurunkan kemampuan sosial dan berkomunikasi secara langsung.
Penggunaan media sosial yang berlebihan berpotensi menyebabkan perbandingan sosial yang tidak sehat. Remaja sering kali merasa rendah diri saat melihat kehidupan ideal teman-teman mereka yang ditampilkan di platform tersebut, yang dapat mengarah kepada perasaan cemas dan depresi. Ini adalah tantangan besar yang perlu ditangani melalui edukasi dan pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan mental.
Selain itu, penting untuk memperkuat kapasitas individu untuk melakukan refleksi diri. Dengan meningkatkan kesadaran diri, generasi muda dapat lebih memahami perasaan dan emosi mereka sendiri, serta berusaha untuk menghargai diri dan orang lain. Ini merupakan langkah awal untuk memupuk kesehatan mental yang positif.
Peran Pendidikan dalam Membentuk Karakter Masyarakat
Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk masyarakat yang seimbang dan berpengetahuan. Ketersediaan kurikulum yang menekankan pada keterampilan hidup dan mindfulness dapat membantu generasi muda beradaptasi dengan tuntutan zaman. Dengan memahami pentingnya kesehatan mental, mereka akan lebih siap menghadapi realita hidup.
Institusi pendidikan juga diharapkan bisa menjadi tempat yang aman bagi para siswa untuk berbagi perasaan dan masalah yang dihadapi. Pembentukan lingkungan yang mendukung kesehatan mental di sekolah serta universitas sangat penting untuk pengembangan karakter siswa. Dengan begitu, generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas dan moral yang tinggi.
Selain itu, kolaborasi antara keluarga dan lembaga pendidikan diperlukan untuk memberikan dukungan yang lebih luas. Melalui komunikasi yang baik antara pihak-pihak ini, diharapkan dapat tercipta suasana yang mendukung perkembangan mental dan emosional anak-anak dan remaja.