PT Gagas Energi Indonesia, anak perusahaan dari PT Perusahaan Gas Negara, baru-baru ini telah berhasil melakukan penyediaan gas bumi berbasis Compressed Natural Gas (CNG) kepada Rumah Sakit Hasan Sadikin di Bandung. Gaslink, sebagai bentuk CNG, sudah mulai dialirkan untuk mendukung kebutuhan layanan dapur rumah sakit tersebut mulai dari tanggal 6 Agustus 2025.
Penggunaan Gaslink ini merupakan langkah signifikan bagi RSHS, yang sebelumnya mengandalkan energi solar. Dengan volume pemasokan 1.500 meter kubik per bulan, RSHS tidak hanya akan menerapkan CNG di dapur, tetapi juga akan meningkatkan penggunaannya untuk boiler dan genset listrik secara bertahap.
Manfaat penggunaan CNG sangatlah besar, terlebih bagi operasional rumah sakit yang beroperasi 24 jam. Dengan pengaliran gas ini, RSHS dapat mengandalkan pasokan energi yang lebih stabil dan efisien untuk menyediakan makanan bagi semua pasien yang dirawat di rumah sakit.
Direktur Utama RSHS, Rachim Dinata Marsidi, menyatakan bahwa pengalihan ke Gaslink tidak hanya mengurangi biaya energi, tetapi juga menjadi komitmen rumah sakit untuk lingkungan yang lebih bersih. Sebelum menggunakan CNG, RSHS menghabiskan sekitar Rp 8 miliar per tahun untuk energi solar, dan diharapkan dengan Gaslink, biaya tersebut bisa turun menjadi sekitar Rp 5 miliar.
“Penghematan ini memungkinkan kami untuk mengalokasikan anggaran tersebut untuk keperluan lain yang lebih mendasar bagi rumah sakit,” ujar Rachim dalam keterangannya. Ini menunjukkan bahwa pemanfaatan energi terbarukan dapat memberikan dampak positif yang lebih luas dalam pengelolaan anggaran.
Pentingnya Beralih ke Energi Ramah Lingkungan di Sektor Kesehatan
Peralihan dari energi solar ke gas bumi di RSHS diharapkan menjadi contoh bagi institusi kesehatan lainnya. Menurut Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan, gas bumi merupakan energi ramah lingkungan yang turut mendukung program pengurangan impor energi.
Dengan menggunakan energi yang lebih bersih, rumah sakit tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga berkontribusi pada upaya pengelolaan lingkungan. “Pertamina akan terus berupaya untuk mendukung masyarakat menuju kemandirian energi yang lebih baik,” tegas Iriawan.
Direktur Utama PGN, Arief S. Handoko, juga menegaskan bahwa inisiatif RSHS ini sejalan dengan visi menciptakan rumah sakit hijau. CNG memiliki emisi yang lebih rendah dibandingkan sumber energi lainnya, dan ini menjadi langkah besar dalam langkah menuju kebijakan ramah lingkungan di sektor kesehatan.
Selama acara pengaliran perdana Gaslink, dihadiri oleh beberapa pemangku kepentingan, termasuk Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, yang juga menegaskan pentingnya perubahan ini. Kesepakatan ini menjadi momen bersejarah bagi sektor kesehatan di Indonesia.
Dengan pengalihan energi ini, RSHS akan dimungkinkan untuk menghemat lebih banyak anggaran, yang bisa dialokasikan untuk meningkatkan pelayanan dan kebutuhan rumah sakit. Ini adalah contoh nyata dari efisiensi dan keberlanjutan dalam sektor kesehatan.
Keuntungan Ekonomi dan Lingkungan dari Gaslink
Salah satu keuntungan dari penggunaan Gaslink adalah pengurangan dalam biaya operasional. RSHS sebelumnya tergantung pada solar yang lebih mahal, dan dengan beralih ke CNG, rumah sakit bergerak ke arah yang lebih ekonomis. Kebijakan ini mengarah pada penghematan utilisasi yang signifikan, memberikan alternatif yang hemat biaya.
Selain manfaat ekonomi, Gaslink juga membantu dalam pengurangan emisi karbon. Energi gas bumi memiliki jejak karbon yang lebih rendah, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kepentingan lingkungan. Dengan demikian, RSHS berkontribusi pada kualitas udara yang lebih baik di wilayah sekitar.
Potensi untuk memperluas jaringan layanan CNG di Bandung juga menjadi hal yang positif. Direktur Utama Gagas, Santiaji Gunawan, menegaskan bahwa langkah ini menandai penggunaan gas bumi yang lebih bersih dan efisien di sektor kesehatan, menggambarkan bagaimana Gaslink dapat dimanfaatkan lebih luas.
Gunawan menambahkan bahwa strategi ini tidak hanya relevan bagi RSHS tetapi juga dapat diterapkan oleh rumah sakit lain di seluruh Indonesia. Dengan banyaknya potensi untuk diversifikasi sumber energi, rumah sakit harus menyediakan layanan yang lebih baik dan efisien.
Keberhasilan pengaliran Gaslink di RSHS memberikan bukti konkret bahwa transformasi energi di sektor kesehatan tidak hanya mungkin, tetapi juga sangat diperlukan untuk masa depan yang lebih baik.
Menjaga Kemandirian Energi Melalui Pemanfaatan Gas Bumi
Penggunaan Gaslink di RSHS menyoroti pentingnya transisi menuju kemandirian energi. Dengan mengurangi ketergantungan pada energi fosil, rumah sakit bertindak sebagai model bagi institusi lain untuk mengadopsi praktik yang lebih berkelanjutan. Ini memberikan harapan bagi pengembangan infrastruktur energi yang lebih baik di masa depan.
Para pemangku kepentingan di sektor energi berkomitmen untuk memastikan bahwa gas bumi dapat diakses oleh lebih banyak institusi kesehatan. Dengan demikian, negara akan lebih kuat dalam mengelola sumber daya energi yang tersedia, sekaligus mengurangi dampak negatif dari pencemaran lingkungan.
Dengan visi untuk mempromosikan kemandirian energi, Meyakinkan pihak terkait bahwa strategi yang diterapkan dapat menghasilkan keuntungan jangka panjang. Keputusan RSHS untuk beralih ke Gaslink adalah pilihan strategis yang mencerminkan inovasi dan komitmen terhadap lingkungan.
Langkah ini juga membuka diskusi yang lebih luas tentang bagaimana institusi lain bisa beradaptasi dan mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan. Penggunaan CNG sebagai alternatif menunjukkan bahwa perubahan signifikan memang memungkinkan dalam pandangan investasi energi.
Akhirnya, transisi semacam ini harus didukung oleh kebijakan yang lebih tegas dan konsisten dari pemerintah. Kolaborasi antara sektor publik dan swasta akan menjadi kunci dalam merealisasikan masa depan energi yang lebih terbarukan dan ramah lingkungan di seluruh Indonesia.