Berbagai lembaga internasional akhir-akhir ini memperbaharui proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara bersamaan. Perbedaan mencolok muncul ketika Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia meningkatkan ramalan mereka, sementara Asian Development Bank (ADB) justru mengurangi proyeksi tersebut.
Dalam laporan terbaru dari World Economic Outlook (WEO) edisi Oktober 2025, IMF mengerek proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9%. Ini merupakan revisi dari perkiraan sebelumnya yang hanya 4,8% untuk tahun ini.
Dengan revisi ini, IMF juga melakukan penyesuaian untuk tahun 2026, mempertahankan proyeksi di angka 4,9%. Ini adalah revisi kedua yang dilakukan IMF setelah laporan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan hanya di angka 4,7%.
Revisi Proyeksi oleh IMF dan Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia
Di tengah fluktuasi proyeksi ekonomi, IMF tidak memberikan detail khusus mengapa mereka menaikkan ramalan untuk Indonesia. Namun, lembaga ini menyoroti dampak tarif perdagangan sebagai faktor kunci yang memengaruhi pertumbuhan di kawasan ASEAN.
IMF menyatakan bahwa banyak negara di ASEAN memiliki ketergantungan yang cukup signifikan terhadap hasil perkiraan pertumbuhan yang dipengaruhi oleh tingkat tarif. Perkembangan ini menunjukkan bahwa perubahan kebijakan perdagangan global dapat berpengaruh langsung terhadap ekonomi lokal.
Dalam konteks ini, pertumbuhan negara-negara berkembang di seluruh dunia diperkirakan tetap stabil di angka 4,2% untuk tahun ini. Meskipun ada peningkatan pada proyeksi Indonesia, stabilitas pertumbuhan global tetap menjadi perhatian utama bagi ekonom.
Analisis Proyeksi dari Bank Dunia dan Implicationsnya
Bank Dunia juga memberikan proyeksi yang lebih optimis untuk ekonomi Indonesia, menaikkan perkiraan dari 4,7% menjadi 4,8%. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh ekspansi fiskal yang sedang dilakukan oleh pemerintah.
Dalam laporan terbaru mereka, Bank Dunia menunjukkan bagaimana kebijakan fiskal dapat memengaruhi konsumsi domestik dan, pada gilirannya, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Program bantuan sosial dan dukungan pada sektor makanan, transportasi, dan energi diyakini akan meningkatkan daya beli masyarakat.
Bank Dunia memprediksi bahwa konsumsi domestik akan berkontribusi sekitar 54% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka waktu 2025-2027. Target ini menunjukkan harapan pada peningkatan permintaan domestik sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Pemangkasan Proyeksi oleh Asian Development Bank
Sementara itu, ADB justru memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam laporan mereka terkini. Mereka memperkirakan pertumbuhan hanya akan mencapai 4,9%, menurun dari 5% yang sebelumnya diperkirakan.
Kasus ini tidak hanya berlaku untuk Indonesia, tetapi juga mencakup total kawasan ASEAN, di mana proyeksi pertumbuhannya turun dari 4,7% menjadi 4,3%. Pemangkasan ini terlihat sejalan dengan tren umum penurunan pertumbuhan di kawasan ini.
ADB menjelaskan bahwa tingginya tarif yang diberlakukan oleh negara-negara besar, serta ketidakpastian perdagangan global, akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi regional. Ini menunjukkan bahwa hubungan global yang kompleks terus mempengaruhi stabilitas ekonomi kawasan.
Perbandingan Proyeksi Pertumbuhan dan Strategi Pembangunan
Ketika melihat angka-angka ini, menjadi jelas bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki banyak faktor yang saling berinteraksi. Meski IMF dan Bank Dunia memberikan gambaran yang optimis, ADB menunjukkan potensi risiko yang perlu diwaspadai.
Strategi pembangunan jangka panjang Indonesia tampaknya mengarah pada penguatan sektor domestik melalui investasi yang didorong oleh negara. Pemerintah berencana untuk memfasilitasi investasi di berbagai sektor dengan kebijakan yang lebih proaktif.
Pendekatan ini, jika berhasil, dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi yang lebih kuat. Namun, volatilitas di pasar global harus selalu diperhitungkan dalam rencana jangka waktu panjang untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.