Penjualan mobil Toyota Avanza kini menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan Toyota Innova, yang merupakan “kakak” dari Avanza. Selama bertahun-tahun, Avanza dikenal sebagai mobil sejuta umat dan mendominasi segmen MPV, tetapi sekarang tren penjualannya mulai berubah seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap segmen kendaraan menengah ke atas, terutama Innova.
Harga Toyota Avanza berkisar antara Rp 240 juta hingga Rp 298 juta, sedangkan Toyota Innova ditawarkan dengan harga mulai dari Rp 390 juta hingga Rp 625 juta. Perbedaan harga ini mencerminkan perubahan daya beli konsumen yang kini mengalihkan perhatian mereka ke mobil yang lebih berkualitas dan bertenaga.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, menyatakan bahwa perubahan ini disebabkan oleh pergeseran daya beli masyarakat. Ia mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi yang lebih menekan kalangan menengah ke bawah telah berkontribusi pada penurunan penjualan Avanza, sementara segmen menengah ke atas tetap stabil.
Faktor Utama Penurunan Penjualan Avanza
Menurut Bob, banyak orang di segmen kalangan menengah ke bawah menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban finansial, termasuk cicilan mobil. Hal ini terlihat dari meningkatnya tingkat Non-Performing Loan (NPL) yang membuat banyak konsumen menunda pembelian kendaraan baru.
Kondisi ini sangat kontras dengan pasar mobil mewah yang menunjukkan ketahanan, karena konsumen di segmen ini memiliki pendapatan yang lebih stabil. Bob menjelaskan bahwa daya jual Avanza sangat dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang memengaruhi kemampuan financial masyarakat menengah ke bawah.
Dia juga menyoroti bahwa keberadaan kebijakan perpajakan yang kurang berpihak pada kategori mobil seperti Avanza, serta mobil LCGC yang sering digunakan untuk usaha. Ini menimbulkan pertanyaan apakah pemerintah perlu merevisi kebijakan pajak mereka agar lebih mendukung segmen masyarakat ini.
Pentingnya Kebijakan yang Seimbang
Bob juga menekankan perlunya pertimbangan lebih dalam kebijakan insentif untuk mobil listrik impor. Di satu sisi, mobil listrik mendapatkan banyak subsidi, sementara di sisi lain, mobil yang lebih terjangkau dan berfungsi sebagai alat pencari nafkah bagi masyarakat berpenghasilan rendah justru terbebani pajak yang cukup tinggi.
“Mobil-mobil seperti Avanza seharusnya mendapatkan perhatian lebih, karena mereka tidak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga mendukung aktivitas ekonomi masyarakat. Pajak yang tinggi dapat menjadi kendala bagi banyak orang untuk membeli kendaraan yang mereka butuhkan,” ungkap Bob.
Harapannya adalah pemerintah dapat memperbaiki kebijakan ini agar lebih adil dan mendukung mobilitas masyarakat kelas bawah. Kebijakan yang lebih seimbang bisa membantu meningkatkan penjualan kendaraan di semua segmen, termasuk yang lebih terjangkau.
Perbandingan Penjualan Avanza dan Innova Terbaru
Penjualan Toyota Innova mengalami lonjakan, bahkan menjadi salah satu mobil terlaris di Indonesia. Data mencatat bahwa pada bulan September 2025, Innova terjual sebanyak 6.143 unit, sementara Avanza hanya terjual sebanyak 2.804 unit. Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin memilih kendaraan dengan nilai lebih yang ditawarkan oleh Innova.
Berdasarkan statistik penjualan tahun 2024, Toyota Kijang Innova terjual sebanyak 63.676 unit, sedangkan Toyota Avanza hanya terjual 55.838 unit. Selisih ini mencerminkan preferensi yang semakin meningkat terhadap segmen kendaraan menengah ke atas.
Pergeseran ini tidak hanya terjadi karena harga, tetapi juga kualitas dan fitur yang ditawarkan oleh Innova. Masyarakat kini lebih memilih mobil yang lebih nyaman dan canggih, yang tentunya dibandrol dengan harga yang lebih tinggi. Dengan kata lain, pembeli beralih kepada kendaraan yang lebih memenuhi ekspektasi mereka dalam hal kenyamanan dan pengalaman berkendara.
Kesimpulan Mengenai Preferensi Kendaraan Konsumen
Dengan adanya perubahan perilaku konsumen yang lebih mengutamakan kualitas dalam memilih kendaraan, pembuat mobil seperti Toyota diharapkan dapat menyesuaikan strategi pemasaran mereka. Langkah ini diperlukan untuk menjangkau segmen yang lebih luas dan memenuhi kebutuhan konsumen yang bervariasi.
Penting bagi pihak berwenang dan industri otomotif untuk bekerja sama dalam menciptakan solusi yang seimbang. Terlebih lagi dalam menghadapi tantangan ekonomi yang memengaruhi daya beli masyarakat, kebijakan yang lebih inklusif dapat membantu pertumbuhan pasar otomotif di Indonesia.
Di sisi lain, konsumen juga perlu menyadari perubahan ini dan mau beradaptasi dengan pilihan yang ada. Hal ini akan mendorong inovasi dan persaingan sehat di industri otomotif yang menguntungkan semua pihak di masa depan.