Inovasi dalam bidang terapi kini semakin beragam, dan salah satu yang menarik perhatian adalah penggunaan kemenyan sebagai aromaterapi. Di tangan mahasiswa Universitas Padjadjaran, kemenyan tidak lagi dianggap sekadar benda misterius, melainkan menjadi alat yang dapat membantu banyak orang yang mengalami fobia.
Penggunaan kemenyan dalam kombinasi dengan teknologi modern seperti virtual reality (VR) menawarkan pendekatan baru dalam dunia terapi psikologis. Produk yang dikenal dengan nama “Incensory” memberikan pengalaman multisensori yang menenangkan, memungkinkan pengidap fobia berani menghadapi ketakutan mereka.
Tim yang menciptakan inovasi ini terdiri dari mahasiswa yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, merangkul keahlian yang berbeda untuk menghasilkan solusi yang unik. Dengan bimbingan dosen Vira Kusuma Dewi, M.Sc., Ph.D., mereka berhasil mendapatkan dukungan dari Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) yang diadakan oleh Kemendikti Saintek RI.
Memahami Fobia dan Dampaknya pada Kehidupan Sehari-hari
Fobia merupakan gangguan psikologis yang dapat muncul tiba-tiba dan menyebabkan kecemasan yang berlebihan. Sebagian orang mungkin menganggapnya sepele, namun bagi yang mengalaminya, fobia bisa berarti tantangan serius dalam kehidupan sehari-hari.
Data dari American Psychiatric Association menunjukkan bahwa ada tingkat risiko yang signifikan terkait dengan fobia yang tidak diobati. Bahkan, kemungkinan pemikiran untuk melakukan bunuh diri dapat meningkat hingga 60 persen bagi mereka yang menderita fobia spesifik.
Hasil survei yang dilakukan oleh tim mahasiswa menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen responden mengalami dampak dari fobia yang membuat aktivitas sehari-hari mereka terganggu. Hal ini mengindikasikan tingginya kebutuhan akan pilihan terapi yang lebih efektif dan ramah pengguna.
Penerapan Kemenyan dalam Terapi Kognitif dan Emotif
Pemanfaatan kemenyan dalam terapi ini berlandaskan pada kearifan lokal yang sudah dikenal sejak lama. Aromaterapi dengan kemenyan diharapkan dapat menciptakan suasana damai dan menenangkan yang penting untuk proses penyembuhan yang lebih mendalam.
Kombinasi antara kemenyan dan teknologi VR menciptakan sebuah lingkungan yang aman bagi individu untuk menghadapi ketakutan mereka. Dengan konsep ini, penyintas fobia dapat berlatih menghadapi situasi yang menakutkan dalam konteks yang terkendali.
Teknologi VR memberikan pengalaman imersif yang memungkinkan individu mengeksplorasi emosi dan reaksi mereka dengan cara yang tidak bisa dilakukan dalam terapi konvensional. Ini menjadi langkah penting menuju pemulihan yang lebih menyeluruh.
Kolaborasi Multidisiplin dalam Menciptakan Solusi Inovatif
Keberhasilan proyek “Incensory” tidak terlepas dari kolaborasi antara mahasiswa dari berbagai bidang studi. Masing-masing anggota tim membawa perspektif dan keahlian berbeda, memperkaya inovasi yang dihasilkan.
Setiap disiplin ilmu yang diwakili menyediakan kontribusi yang berharga dalam memahami aspek fisik, psikologis, dan ekonomi dari terapi ini. Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan interdisipliner dalam menciptakan solusi yang lebih komprehensif.
Pelibatan berbagai bidang ini juga menjadi cerminan dari semangat kolaboratif yang semakin berkembang di kalangan mahasiswa untuk menciptakan perubahan positif. Ini menunjukkan bahwa ketika orang bekerjasama, hasilnya bisa jauh melebihi ekspektasi individu.
Peluang untuk Masa Depan Terapi Modern
Dengan terbuktinya efek positif dari kombinasi antara kemenyan dan teknologi VR, ada peluang besar untuk memperluas penerapannya. Inovasi ini membuka jalan baru bagi pengembangan terapi yang lebih efektif dan akomodatif, terutama bagi mereka yang memiliki fobia.
Selain itu, penciptaan “Incensory” juga menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan secara etis dan bertanggung jawab seperti dalam konteks kesehatan mental. Hal ini menjadi contoh yang baik bagi para peneliti dan pengembang lainnya.
Pengembangan lebih lanjut dari produk ini diharapkan dapat merangkul lebih banyak orang dan membantu mereka yang berjuang dengan fobia merasa bahwa mereka tidak sendirian. Melalui pendekatan inovatif ini, masa depan terapi modern tampak lebih cerah dan penuh harapan.