loading…
Universitas Pelita Harapan (UPH) baru-baru ini mengadakan sebuah Kuliah Umum yang istimewa. Acara ini menghadirkan Dr. Budi Santoso, M.Si., Menteri Perdagangan Republik Indonesia, yang memberikan wawasan mendalam mengenai kebijakan perdagangan di Indonesia.
Kuliah umum yang berlangsung pada tanggal 25 Agustus 2025 tersebut diadakan di Auditorium D-501, Kampus UPH Lippo Village, Karawaci. Dengan dihadiri lebih dari 500 mahasiswa dari berbagai fakultas, acara ini menjadi tonggak penting dalam memperluas pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai isu-isu strategis nasional.
Dipandu oleh Dra. Gracia Shinta S. Ugut, MBA., Ph.D., yang merupakan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, kuliah ini memberikan kesempatan langka bagi para mahasiswa untuk mendengarkan langsung dari pengambil kebijakan. Momen ini memberikan perspektif baru tentang arah kebijakan perdagangan yang relevan bagi masa depan ekonomi Indonesia.
Membedah Kebijakan Perdagangan di Indonesia Secara Mendalam
Dalam sesi kuliah tersebut, Dr. Budi Santoso mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan di tengah pergeseran dinamika global. Beliau menjelaskan bahwa ekspor menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama di tahun 2025.
Pada semester pertama tahun 2025, ekspor Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 7,7%, mencapai nilai total sekitar US$ 135,41 miliar. Performa ini menunjukkan kekuatan dan daya saing dari produk-produk ekspor Indonesia di pasar global.
Lebih lanjut, surplus perdagangan juga mencatatkan angka mengesankan yaitu mencapai US$ 19,48 miliar. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki posisi yang lebih kuat dalam konteks ekonomi regional, khususnya di kawasan ASEAN yang tengah berkompetisi untuk menarik investasi dan perdagangan.
Transformasi Struktur Ekspor dan Diversifikasi Produk
Salah satu poin penting yang disampaikan Dr. Budi adalah transformasi struktur ekspor Indonesia yang semakin beragam. Jika dilihat dari komposisi, 15 tahun lalu mayoritas ekspor didominasi oleh bahan mentah, namun saat ini lebih dari 83% merupakan produk dari industri pengolahan.
Pergeseran ini menunjukkan upaya Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkan. Beberapa komoditas unggulan seperti kakao, kopi, dan produk kimia menunjukkan bahwa Indonesia mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain yang lebih maju.
Negara tujuan ekspor juga mengalami diversifikasi yang signifikan. Kini, negara-negara seperti Swiss, Arab Saudi, dan Thailand menjadi salah satu mitra strategis dalam perdagangan ekspor Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya potensi pasar yang belum tergarap secara maksimal.
Tantangan dan Strategi dalam Memasuki Pasar Global
Di sisi lain, Dr. Budi juga tidak luput membahas tantangan yang dihadapi oleh para eksportir Indonesia. Sementara peluang terbuka lebar, ada juga sejumlah kendala, seperti tarif perdagangan yang tinggi dan regulasi yang tidak konsisten. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk meningkatkan daya saing produk lokal.
Salah satu strategi yang diusulkan adalah memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral dengan negara-negara mitra sebagai solusi dari tantangan tersebut. Dengan menjalin hubungan yang baik, diharapkan dapat tercipta kesepakatan yang saling menguntungkan antara Indonesia dan negara-negara tujuan ekspor.
Upaya ini bukan hanya akan bermanfaat untuk meningkatkan kinerja ekspor tetapi juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Di sisi mahasiswa, pemahaman akan isu-isu ini menjadi penting sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja yang terus berubah.