loading…
Forum Ngkaji Pendidikan yang digelar Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) di Auditorium Universitas Nahdlatul Ulama, Yogyakarta, Sabtu (20/12/2025). Foto/Dok. SindoNews
Founder GSM Muhammad Nur Rizal mengatakan, tema Human & Education Reset dipilih karena pendidikan dinilai terlalu lama terjebak pada perbaikan teknis, sementara fondasi kemanusiaan terabaikan. “Reset bukan restart,” katanya.
Reset berarti menata ulang sistem dengan kembali ke mode dasar manusia: cara berpikir, cara merasa, dan cara mengambil keputusan. Krisis hari ini bukan kekurangan teknologi, melainkan krisis nalar dan kebijaksanaan. Baca juga: Prabowo Kejar Uang Koruptor untuk Dana Pendidikan
Untuk menjelaskan gagasannya, Rizal mengajak peserta menengok letusan Gunung Tambora pada 1815. Peristiwa tersebut memicu pendinginan global yang dikenal sebagai The Year Without Summer.
Hingga menyebabkan gagal panen, krisis pangan, migrasi besar-besaran, hingga instabilitas politik di Eropa dan Amerika Utara. “Tambora menunjukkan bahwa bencana bukan semata peristiwa alam. Ia menjadi bencana karena bertemu dengan ketidaksiapan manusia,” ungkapnya.
Narasi tersebut kemudian ditarik ke bencana ekologis di Sumatera saat ini. Data yang dipaparkan menunjukkan deforestasi masif sejak 1990-an telah mengubah fungsi hutan secara drastis.
Forum pendidikan yang berlangsung dalam suasana diskusi ini menjadi momen penting untuk merefleksikan arah pendidikan di Indonesia. Setiap peserta memiliki latar belakang dan pengalaman yang beragam, namun semua sepakat bahwa ada krisis mendasar dalam sistem pendidikan yang perlu diperbaiki. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran kolektif tentang tantangan yang dihadapi oleh pendidikan di tanah air.
Dalam kesempatan tersebut, Rizal juga menyoroti bagaimana pendidikan saat ini kurang terfokus pada pengembangan karakter dan kemanusiaan. Disadari atau tidak, kurikulum yang ada lebih bersifat teknis dan cenderung mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja siap pakai tanpa membangun sisi humanis mereka. Secara keseluruhan, tuntutan dunia kerja pun sering mengesampingkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan.
Melalui forum ini, diharapkan dapat memberikan inspirasi dan solusi untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih manusiawi. Dengan mengedepankan pendekatan humanis, diharapkan generasi mendatang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama.
Menggali Pentingnya Pendekatan Humanis dalam Pendidikan
Pendidikan yang berorientasi pada kemanusiaan sangat penting untuk membentuk karakter siswa. Sebuah sistem pendidikan yang baik harus mampu menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki rasa empati dan kepekaan sosial yang tinggi. Dalam dunia yang semakin kompleks, karakter menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan di luar kemampuan teknis.
Rizal mengajak para peserta untuk memikirkan kembali tujuan utama dari pendidikan itu sendiri. Apakah pendidikan hanya sekadar untuk memperoleh gelar atau lebih dari itu? Pendidikan harus memiliki peran yang lebih besar dalam menciptakan pribadi yang bertanggung jawab dan berkontribusi bagi masyarakat.
Hal ini juga mencakup bagaimana sistem evaluasi dan penilaian dalam pendidikan harus direvisi. Saat ini, penilaian sering kali hanya terfokus pada aspek akademis saja. Padahal, ada banyak aspek lain yang juga penting, seperti kreativitas, kolaborasi, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Melihat Kembali Krisis Lingkungan dan Tantangan Pendidikan
Pembicaraan tentang bencana ekologis tidak dapat dipisahkan dari perbincangan mengenai pendidikan. Ketidaksiapan manusia dalam menghadapi bencana menunjukkan bahwa pendidikan kita belum sepenuhnya berhasil. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan untuk tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk berpikir kritis dan mengambil keputusan yang bijaksana.
Dalam konteks ini, penting bagi sekolah untuk menanamkan kesadaran lingkungan kepada siswa. Pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan serta dampak dari tindakan manusia adalah aspek yang harus menjadi bagian dari kurikulum. Melalui pendidikan lingkungan, siswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan di masyarakat.
Selanjutnya, mengajak siswa terlibat dalam aksi nyata untuk menjaga lingkungan juga sangat penting. Melalui praktikum dan proyek-proyek berbasis lingkungan, siswa tidak hanya belajar dari teori, tetapi juga dari pengalaman langsung. Ini menjadi faktor krusial dalam membentuk generasi yang peduli terhadap lingkungan.
Upaya Membangun Kesadaran Kolektif dalam Sistem Pendidikan
Peningkatan kesadaran kolektif tentang pentingnya reformasi pendidikan sangat diperlukan. Seluruh elemen dalam ekosistem pendidikan, mulai dari guru, orang tua, hingga pemerintah harus saling berkolaborasi. Setiap pihak memiliki peran dan tanggung jawab yang mesti dipenuhi untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik.
Forum Ngkaji Pendidikan menjadi salah satu sarana untuk membangun jaringan dan kerja sama antar stakeholder pendidikan. Di sini, ide-ide dan pengalaman dapat dibagikan untuk saling menginspirasi dan menemukan solusi bersama. Keterlibatan berbagai pihak akan memperkaya diskusi dan menghasilkan langkah-langkah konkret.
Melalui kerja sama tersebut, berbagai program bisa diimplementasikan untuk mendukung visi pendidikan yang lebih humanis. Ini termasuk pelatihan bagi guru, materi ajar yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan, dan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan karakter siswa. Dengan cara ini, diharapkan pendidikan dapat lebih mendukung pembentukan pribadi yang utuh.
















