Peringatan Hari Anak Sedunia yang akan datang memberikan kesempatan untuk merenungkan tanggung jawab kita terhadap anak-anak. Tema yang diusung, ‘My Day, My Rights’, menekankan pentingnya mendengarkan suara dan hak-hak anak di segala sektor kehidupan mereka.
Namun, meskipun ada seruan ini dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, banyak orangtua masih sering gagal berfungsi sebagai pelindung utama bagi anak-anak mereka. Isu kekerasan terhadap anak, termasuk perundungan dan perlakuan salah lainnya, menunjukkan bahwa perhatian orangtua seringkali tidak cukup.
Margaret Robin Korwa, asisten deputi perumusan dan koordinasi kebijakan bidang perlindungan hak perempuan, menekankan bahwa banyak orangtua tidak menyadari dampak dari tindakan mereka. Tidak jarang, anak-anak mereka justru merasa tidak dilindungi ketika berkaitan dengan isu-isu sensitif seperti kekerasan seksual dan perundungan.
Hal ini bukan hanya sekadar persoalan komunikasi, tetapi juga tentang kemampuan orangtua untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak. Jika anak merasa tidak didengarkan atau diabaikan, ia akan tumbuh dengan rasa ketidakpuasan yang berkepanjangan.
Pentingnya Menjadi Pendengar yang Baik bagi Anak
Menjadi pendengar yang baik adalah salah satu cara terbaik bagi orangtua untuk memperkuat hubungan dengan anak. Ketika anak mengungkapkan perasaan mereka, orangtua harus siap untuk menerima dan memahami, bukan justru membantah atau mengabaikan.
Misalnya, ketika seorang anak mengatakan bahwa mereka mengalami perundungan di sekolah, respons orangtua seharusnya mendukung dan mengeksplorasi lebih jauh mengenai pengalaman anak. Ini akan memberi anak kepercayaan dan kenyamanan untuk berbicara lebih lanjut tentang isu-isu yang mereka hadapi.
Hal ini juga penting untuk mencegah masalah kesehatan mental yang dapat muncul akibat pengabaian. Anak yang merasa diabaikan cenderung mengalami kecemasan dan depresi, yang bisa berkelanjutan hingga dewasa.
Peran Sekolah dalam Melindungi Anak dari Kekerasan
Sekolah memiliki tanggung jawab penting dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi siswa. Selain sekadar menegakkan peraturan, mereka juga harus memastikan bahwa setiap siswa merasa didengar dan dihargai. Sekolah perlu menjadi tempat di mana anak-anak dapat mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan saat menghadapi tantangan.
Pendidikan tentang kekerasan, bullying, dan hak-hak anak seharusnya menjadi bagian dari kurikulum. Dengan pemahaman yang baik, siswa dapat lebih sensitif terhadap perasaan dan keadaan teman-teman mereka, serta lebih siap untuk melaporkan jika mereka melihat atau mengalami situasi yang merugikan.
Kerjasama antara orangtua dan sekolah juga sangat penting. Keterlibatan orangtua dalam kegiatan sekolah dapat menciptakan suasana kolaboratif di mana anak merasa lebih aman dan terlindungi.
Membangun Lingkungan yang Ramah untuk Anak-Anak
Menciptakan ruang yang ramah dan mendukung bagi anak membutuhkan usaha dari berbagai pihak. Orangtua, guru, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk membangun suasana di mana anak merasa bebas untuk berbicara. Ruang ini harus menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian anak.
Ini termasuk dengan cara menanggapi keluhan anak secara serius dan memberikan solusi yang konstruktif. Jika anak merasa didengarkan, mereka akan lebih cenderung untuk berkomunikasi tentang masalah lain yang mungkin mereka hadapi di masa depan.
Salah satu cara untuk membangun lingkungan ini adalah dengan melakukan aktivitas bersama yang menyenangkan. Kegiatan ini tidak hanya memperkuat ikatan antara orangtua dan anak, tetapi juga mengajarkan anak cara berkolaborasi dan meresapi nilai-nilai sosial yang positif.
Langkah-Langkah Strategis untuk Meningkatkan Perlindungan Anak di Masyarakat
Pertama-tama, edukasi masyarakat tentang hak-hak anak merupakan langkah awal yang krusial. Banyak orang dewasa tidak sepenuhnya memahami apa yang bisa dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak anak, sehingga penyuluhan harus dilakukan secara luas. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam melindungi anak.
Kedua, penting bagi masyarakat untuk membuat sistem pelaporan yang efisien dan aksesibel. Jika anak melihat atau mengalami tindakan kekerasan, mereka harus tahu ke mana harus melapor dan punya rasa aman saat melakukan itu.
Selain itu, dukungan emosional bagi anak dan keluarga mereka juga harus menjadi prioritas. Layanan psikologis dan konseling dapat membantu anak mengatasi trauma serta membangun mental yang kuat dan sehat.
















