loading…
Mendikdasmen Abdul Muti menghadiri Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang dihadiri 200 peserta dari 20 negara. Foto/Arif Julianto.
Hal itu sebagaimana disampaikan Mu’ti setelah membuka rangkaian kegiatan Konferensi Internasional LKLB di Shangri-La Hotel Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Baca juga: Universitas Al-Azhar Kairo Resmikan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
“Ini sebuah konferensi yang sangat penting yang juga menjadi bagian dari arus dan gerakan baru yang coba kita lakukan sebagai upaya untuk mendorong kehidupan beragama yang lebih toleran, beragama yang lebih terbuka, dan kita membangun social trust di dalam masyarakat yang multi agama dan multi budaya,” kata Mu’ti.
Ia menjelaskan, kementeriannya merancang program penguatan pendidikan karakter melalui program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, di mana salah satu poinnya beribadah guna menanamkan iman dan takwa. Selain itu, terdapat juga poin bermasyarakat.
Konferensi ini menandai langkah strategis dalam mendiskusikan pentingnya literasi keagamaan di tengah masyarakat yang beragam. Kegiatan ini dihadiri oleh para akademisi, aktivis, dan organisasi internasional yang berkomitmen terhadap toleransi antaragama. Dengan fokus pada pemahaman lintas budaya, konferensi ini bertujuan untuk membangun jembatan komunikasi antarumat beragama.
Dalam konteks global, tantangan toleransi menjadi semakin kompleks. Di banyak negara, ketegangan antaragama masih terus menjadi isu sentral. Oleh karena itu, pertemuan ini menjadi sangat krusial untuk menciptakan solusi dan strategi yang dapat diterapkan dalan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, literasi keagamaan menjadi sarana untuk mendalami makna dan nilai-nilai yang dapat menyatukan.
Abdul Mu’ti menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara lembaga pendidikan dan komunitas. Ia yakin bahwa program pendidikan karakter yang diimplementasikan dengan baik dapat membentuk generasi yang lebih toleran dan peka terhadap perbedaan. Melalui dialog yang konstruktif, diharapkan akan muncul sikap saling menghargai yang lebih kuat di antara masyarakat.
Pentingnya Literasi Keagamaan dalam Dunia Pendidikan
Literasi keagamaan menjadi landasan penting untuk memahami keragaman di masyarakat. Pemahaman yang baik mengenai berbagai agama dapat mengurangi prasangka yang seringkali menjadi pemicu konflik. Dalam konteks pendidikan, literasi ini harus dimasukkan sebagai salah satu kurikulum utama, sehingga anak-anak dapat belajar mengenai nilai-nilai positif dari berbagai agama.
Melalui pendidikan literasi keagamaan, generasi muda diajarkan untuk lebih kritis dan menghargai perbedaan. Ini bukan hanya tentang mempelajari agama tertentu, tetapi juga memahami dan menghormati kepercayaan orang lain. Dengan memahami perspektif yang berbeda, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang lebih terbuka dan toleran.
Program pendidikan yang berhasil tidak hanya mencakup pengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan sosial dan emosional yang penting. Di sinilah peran literasi keagamaan sangat penting, karena ia membantu membangun karakter yang memiliki empati dan kemampuan untuk berinteraksi dengan berbagai latar belakang. Oleh karena itu, inisiatif seperti Konferensi Internasional LKLB sangat strategis.
Upaya Mendorong Toleransi Melalui Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter melalui program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat juga merupakan langkah maju dalam menciptakan individu yang memiliki rasa toleransi tinggi. Dalam program ini, pengajaran nilai-nilai agama dan sosial menjadi bagian dari proses pembelajaran. Hal ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap anak-anak dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Dengan mengenalkan norma dan nilai yang baik sejak dini, anak-anak diharapkan dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana. Hal ini penting, mengingat bahwa generasi muda adalah harapan bangsa di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan karakter dengan pendekatan literasi keagamaan menjadi krusial dalam membentuk masyarakat yang harmonis.
Dalam pelaksanaan program ini, kemitraan antara pemerintah, sekolah, dan orang tua menjadi kunci sukses. Semua pihak harus bekerja sama untuk mendukung anak-anak dalam proses belajar dan penerapan nilai-nilai tersebut di kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan generasi penerus mampu meneruskan semangat toleransi dan saling menghargai antaragama.
Menjalin Kerja Sama Antar Lembaga untuk Menciptakan Kehidupan Beragama yang Damai
Kerja sama antar lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, dan komunitas lokal sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut. Inisiatif bersama dapat menciptakan ruang dialog yang memungkinkan masyarakat untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman. Dengan dialog yang konstruktif, diharapkan kesalahpahaman, yang sering menjadi sumber konflik, dapat diminimalisir.
Bagi lembaga pendidikan, integrasi pendidikan literasi keagamaan dalam kurikulum dapat menjadi langkah awal yang baik. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, seminar, dan lokakarya, siswa dapat mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai keragaman agama. Pendekatan ini akan memperkaya pengalaman belajar mereka sekaligus membantu mereka memahami dampak positif dari toleransi.
Secara keseluruhan, konferensi ini menunjukkan kepedulian terhadap pentingnya menciptakan masyarakat yang bersatu dalam perbedaan. Melalui literasi keagamaan dan pendidikan karakter, kita dapat membangun fondasi yang kuat untuk menunjukkan bahwa perbedaan bisa dijadikan kekuatan. Langkah-langkah kecil yang dilakukan bersama dapat menghasilkan perubahan yang signifikan dalam masyarakat.
















