loading…
Festival CultureVerse 2025 menjadi salah satu acara penting dalam merayakan kolaborasi antara bahasa, seni, dan budaya di lingkungan pendidikan. Dalam konteks ini, Creative Digital English (CDE) dari Faculty of Humanities Binus University muncul sebagai inovator yang berhasil menunjukkan bagaimana bahasa Inggris dapat berfungsi tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk mengeksplorasi kreativitas generasi muda.
Pengaruh media sosial semakin kuat dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan remaja. Mereka semakin terbiasa mengekspresikan diri melalui berbagai bentuk seni, seperti musik, visual, dan penampilan, yang relevan dengan perkembangan zaman.
Melalui kolaborasi unik yang dihadirkan oleh CDE di festival ini, kita dapat melihat bagaimana proses pembelajaran dapat berubah menjadi pengalaman yang lebih kaya, mendorong anak muda untuk berani berkreasi.
Penggabungan Seni dan Bahasa dalam Festival Budaya
CultureVerse 2025 diadakan di Binus Kemanggisan, Anggrek Campus, dan menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengeksplorasi kreativitas mereka. CDE mengambil peran penting dengan menawarkan program-program yang relevan dengan tren yang ada, seperti digital storytelling.
Salah satu acara penting dalam festival ini adalah Word to Canvas Adaptation Competition. Dalam kompetisi ini, peserta dari sekolah menengah atas ditantang untuk mengubah puisi menjadi karya seni visual, yang menunjukkan bagaimana kata-kata dapat diterjemahkan menjadi bentuk yang berbeda.
Kompetisi ini bukan hanya mencetak karya seni, tetapi juga menggambarkan dinamika cara baru generasi muda mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Dengan menekankan aspek kolaboratif, CDE menawarkan platform bagi mereka untuk bersuara dan dikenal.
Talk Show dan Penampilan dari Para Ahli
Selain kompetisi, acara Talk Show Creative Expression menampilkan panel yang terdiri dari berbagai tokoh inspiratif, termasuk rapper Saykoji dan musisi Aziz ‘Comi’. Mereka berbagi pengalaman dan pandangan tentang pentingnya kreativitas dalam mengomunikasikan ide-ide melalui seni.
Sofi Meloni, sebagai penulis dan alumni CDE, juga memberikan perspektif yang menarik mengenai literasi dan kreativitas. Ia menekankan bahwa menulis bukan hanya tentang tata bahasa, tetapi tentang kemampuan untuk menyampaikan pesan yang relevan dan menyentuh.
Dalam acara ini, diskusi seputar bagaimana seni dan bahasa dapat saling melengkapi menjadi bagian penting dari pengalaman belajar yang lebih luas. Pesan yang dibawa oleh para pembicara ini mampu menginspirasi para peserta untuk lebih menggali potensi diri mereka.
Refleksi Kreatif di Era Digital
Digitalisasi telah membawa banyak perubahan dalam cara kita berinteraksi dan mengekspresikan diri. Di tengah arus informasi yang cepat ini, CDE berusaha membekali generasi muda dengan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman. Program-program seperti ini penting agar mereka tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produser yang kreatif.
Festival seperti CultureVerse mendorong niscaya terjadinya dialog antara seni dan teknologi. Peserta diajak untuk berinovasi, mengadaptasi, dan bereksperimen dengan cara-cara baru untuk berbagi cerita.
Tentunya, pengalaman-pengalaman seperti ini akan meninggalkan kesan mendalam bagi peserta, serta memicu semangat untuk terus berkarya. Lingkungan pendidikan yang kaya dengan kolaborasi dapat membantu membentuk generasi masa depan yang lebih berdaya.
















