Krisis politik di Madagaskar semakin meningkat setelah Kolonel Michael Randrianirina, pemimpin militer baru, mengumumkan niatnya untuk dilantik sebagai presiden. Pengumuman ini muncul setelah kudeta yang mengakhiri pemerintahan Presiden Andry Rajoelina, yang sebelumnya telah melarikan diri dari negara tersebut.
Langkah ini mendapat reaksi cepat dari Uni Afrika, yang segera menangguhkan keanggotaan Madagaskar. Langkah tersebut merupakan sinyal awal dari isolasi diplomatik bagi pemerintahan yang baru menguasai negara kepulauan ini.
Randrianirina, dalam konferensi pers yang digelar di Antananarivo, menyatakan, “Kami akan segera dilantik,” menegaskan bahwa tanggung jawab telah diambil. Pelantikan ini dijadwalkan dalam waktu dekat, mungkin satu atau dua hari ke depan.
Kekosongan Kekuasaan dan Tindakan Militer
Sebelumnya, Randrianirina menyatakan bahwa militer telah mengambil alih kekuasaan dengan membubarkan seluruh lembaga pemerintahan, kecuali Majelis Nasional. Dia mengusulkan adanya komite yang dipimpin militer untuk mengatur negara selama dua tahun ke depan hingga pemilihan umum bisa diselenggarakan.
“Stabilitas dan ketertiban harus dikembalikan sebelum rakyat memilih pemimpin mereka”, kata Randrianirina, mencerminkan komitmen militer dalam mengatur transisi pemerintahan.
Sebagai mantan komandan unit elit CAPSAT, Randrianirina memiliki pengalaman dalam kudeta sebelumnya pada tahun 2009. Namun, dalam perubahan yang mendasar, ia sekarang berdiri melawan Rajoelina, yang sebelumnya merupakan sekutunya dalam kudeta.
Penyebab dan Akibat Kudeta Terbaru
Kudeta ini terjadi setelah Presiden Rajoelina melarikan diri ke luar negeri, menanggapi gelombang demonstrasi dari generasi muda yang menuntut pengunduran dirinya. Di tengah situasi ini, banyak anggota aparat keamanan membelot dari pendukung Rajoelina, yang mengindikasikan bahwa basis kekuasaannya telah hilang.
Meski telah dimakzulkan, Rajoelina menolak untuk menyerahkan jabatan, menganggap pengambilalihan kekuasaan sebagai pelanggaran terhadap tatanan konstitusi. Dia melarikan diri menggunakan pesawat militer ke negara ketiga, diyakini berada di Dubai.
Rajoelina, yang meraih kekuasaan sebagai DJ muda melalui kudeta 2009, kini dihadapkan pada kenyataan pahit setelah janji-janji untuk perbaikan taraf hidup rakyat tidak terwujud.
Reaksi Internasional terhadap Krisis Madagaskar
Menanggapi kudeta ini, juru bicara Uni Afrika mengonfirmasi penangguhan keanggotaan Madagaskar tanpa batas waktu. Hal ini mencerminkan komitmen internasional terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan tata pemerintahan yang sah.
Ketua Komisi Uni Afrika menegaskan pentingnya supremasi hukum mengingat kondisi yang berkembang di Madagaskar. Penangguhan ini tidak hanya berdampak pada politik domestik, tetapi juga menambah beban ekonomi Madagaskar yang sudah lemah.
Negara tersebut, yang memiliki populasi sekitar 30 juta jiwa, kini menghadapi tantangan ekonomi yang serius. Sebagian besar penduduknya hidup dalam kemiskinan, dan data Bank Dunia menunjukkan penurunan pendapatan per kapita yang signifikan selama beberapa dekade.
Dengan krisis yang berkepanjangan, situasi politik dan sosial di Madagaskar semakin genting. Semua pihak berpotensi terjebak dalam pengejaran kekuasaan, sedangkan rakyat yang paling terdampak menjadi korban dalam prosesnya. Keterlibatan internasional dan dukungan terhadap proses demokrasi yang sah sangat diperlukan untuk mendorong stabilitas dan pembangunan negara.
Selama periode transisi ini, penting bagi masyarakat Madagaskar untuk tetap bersatu dan berani bersuara demi masa depan yang lebih baik. Semua elemen masyarakat, termasuk generasi muda yang menunjukkan kekuatan dalam protes baru-baru ini, harus berperan aktif dalam menentukan arah politik negara mereka.
Dengan harapan akan terwujudnya pemilihan umum yang adil dan transparan, Madagaskar memiliki kesempatan untuk menuliskan ulang cerita politiknya. Ini adalah saat yang menentukan untuk menciptakan pondasi yang lebih solid bagi generasi mendatang.