Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini mengambil langkah berani dengan mengakui negara Palestina. Ini adalah momen bersejarah yang memicu reaksi positif dari beberapa negara Barat, menandai perubahan signifikan dalam politik global terkait konflik di Timur Tengah.
Dalam pidatonya di sidang umum PBB, Macron menekankan perlunya mengakhiri perang yang telah menyebabkan penderitaan luar biasa. Ia mengajak semua pihak untuk berkomitmen pada perdamaian demi masa depan yang lebih baik bagi rakyat Palestina.
Macron dengan tegas menyatakan, “Waktu untuk perdamaian telah tiba,” mengingatkan dunia bahwa saat ini adalah kesempatan yang mungkin tidak akan terulang kembali. Langkah ini bukan hanya simbolis, tetapi juga menjadi panggilan untuk tindakan nyata dalam penyelesaian konflik yang telah berlangsung lama.
Penekanan Pada Kemanusiaan Dalam Pidato Macron
Di hadapan anggota PBB, Macron tidak hanya berbicara tentang politik, tetapi juga menggarisbawahi aspek kemanusiaan. Ia berkata, “Waktu telah tiba untuk membebaskan 48 sandera yang ditahan Hamas,” menunjukkan urgensi untuk menyelesaikan masalah-masalah mendesak di lapangan.
Dia juga mengkritik pemboman yang terjadi di Gaza dan menyerukan agar tindakan kekerasan dihentikan. Menurutnya, upaya untuk mengakhiri pembantaian dan pengusiran harus segera dilakukan agar perdamaian bisa diwujudkan.
Macron menegaskan, meskipun pengakuan ini adalah langkah signifikan, Prancis tidak akan membuka kedutaan besar di Palestina hingga gencatan senjata dan pembebasan sandera tercapai. Kebijakan ini menunjukkan kehati-hatian Prancis dalam menangani isu yang sangat sensitif ini.
Dukungan Internasional Terhadap Pengakuan Palestina
Pengakuan Prancis terhadap Palestina diikuti oleh sejumlah negara lain, seperti Australia, Inggris, Kanada, dan Portugal. Ini menciptakan momentum baru dalam dukungan internasional untuk pengakuan Palestina yang sebelumnya sudah dimulai oleh negara-negara seperti Spanyol dan Irlandia.
Otoritas Palestina mengapresiasi langkah Prancis, menyebutnya keputusan “bersejarah dan penuh keberanian.” Ini mencerminkan harapan yang tinggi di kalangan masyarakat Palestina terhadap dukungan global demi mencapai keadilan dan kemandirian.
Macron juga mengungkapkan bahwa beberapa negara kecil Eropa lainnya seperti Andorra dan Malta juga telah menyatakan dukungannya. Ini menunjukkan bahwa solidaritas terhadap Palestina tidak hanya datang dari negara besar, melainkan juga dari negara-negara kecil.
Tentangan Dari Israel dan Reaksi Global
Namun, langkah ini mendapatkan reaksi keras dari Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan mengizinkan berdirinya negara Palestina di tanah yang dianggapnya sebagai hak historis. Ancaman dari anggota kabinetnya untuk mencaplok Tepi Barat menambah ketegangan dalam situasi yang sudah rumit ini.
Duta Besar Israel untuk PBB menuding negara-negara yang mengakui Palestina tidak mendukung perdamaian, melainkan justru mempromosikan terorisme. Penyataan tersebut mencerminkan sikap defensif Israel terhadap meningkatnya dukungan internasional untuk Palestina.
Dari pihak AS, Gedung Putih juga menyatakan ketidaksetujuan. Juru bicara Presiden menilai pengakuan inggak berarti memberikan keuntungan bagi proses perdamaian, melainkan merupakan hadiah bagi kelompok yang terlibat dalam konflik.